Majelis Rasulullah SAW Ratusan ribu memenuhi Lapangan Medan Merdeka di Kawasan Monumen
Nasional. Duduk rapi, berdempetan dan tertib. Semua terlihat khusuk.
Sebuah Tabligh Akbar memperingati Isra Mi’raj oleh .
Habib Nabiel Almusawa mengantarkan satu per satu pembicara dengan kelembutan, dengan penuh kerendahan hati, menggambarkan ketinggian akhlak. Beliau selalu menyebut jamaah Majelis Rasulullah dengan sebutan, “anak-anakku”, yang tadi malam beliau perkirakan sekitar satu juta jamaah hadir di Kawasan Monas.
Di puncak acara, Habib Ali bin Abdurrahman Al-Jufri dari Dubai berdiri ke mimbar dan memberikan tausiyah. Beliau berceramah bukan dalam bahasa Indonesia tapi semua mendengarkan dengan khusuk. Penterjemah ada disampingnya. Setiap pasang mata menuju satu titik di depan podium.
Selesai beliau memberikan tausiyahnya yang sarat hikmah, beliau kembali duduk. Saya bisikkan bahwa kita semua, para jamaah Majelis Rasulullah, malam ini serasa menangkap tausiyah bukan hanya dengan telinga tapi dengan hati. Beliau jawab dengan Shalawat lalu mengutarakan bahwa semua yang hadir di Majelis Rasulullah ini karena cintanya pada Rasul. Kecintaan itu yang menyambungkan setiap hati di majelis malam ini. Kita bercakap sembari mendengarkan nasyid. Lalu, tanpa diduga Habib Ali melepas cincin merah di tangan kanannya, menyerahkan cincin merah itu ke tangan saya dengan diantarkan senyum dan doa. Sebuah penutup acara yang luar biasa.
Menyusuri Monas selesainya acara. Panggung kini telah menyepi. Ratusan ribu menyebar, berjalan ke segala penjuru, kembali menapak ikhtiar di Ibukota.
Ya, lapangan itu telah sepi dari manusia tapi gemuruh: Allah ... Allah ... Allah ... seakan masih membahana, ratusan ribu bergetar dan gaungnya seakan terus membahana di lapangan ini.
Membahana dari ratusan ribu hati dan lisan serta tangan yang menengadah. Tak terhitung mata yang mengalirkan butiran jernih. Sejernih hati ratusan ribu jiwa raga yang malam ini dikumpulkan oleh cintanya pada Rasul.
Itulah kisah pendek dari Kawasan Monas semalam, kawasan dimana tahmid, takbir dan tahlil bisa kembali bergaung.....
sumber: https://www.facebook.com/aniesbaswedan/
Habib Nabiel Almusawa mengantarkan satu per satu pembicara dengan kelembutan, dengan penuh kerendahan hati, menggambarkan ketinggian akhlak. Beliau selalu menyebut jamaah Majelis Rasulullah dengan sebutan, “anak-anakku”, yang tadi malam beliau perkirakan sekitar satu juta jamaah hadir di Kawasan Monas.
Di puncak acara, Habib Ali bin Abdurrahman Al-Jufri dari Dubai berdiri ke mimbar dan memberikan tausiyah. Beliau berceramah bukan dalam bahasa Indonesia tapi semua mendengarkan dengan khusuk. Penterjemah ada disampingnya. Setiap pasang mata menuju satu titik di depan podium.
Selesai beliau memberikan tausiyahnya yang sarat hikmah, beliau kembali duduk. Saya bisikkan bahwa kita semua, para jamaah Majelis Rasulullah, malam ini serasa menangkap tausiyah bukan hanya dengan telinga tapi dengan hati. Beliau jawab dengan Shalawat lalu mengutarakan bahwa semua yang hadir di Majelis Rasulullah ini karena cintanya pada Rasul. Kecintaan itu yang menyambungkan setiap hati di majelis malam ini. Kita bercakap sembari mendengarkan nasyid. Lalu, tanpa diduga Habib Ali melepas cincin merah di tangan kanannya, menyerahkan cincin merah itu ke tangan saya dengan diantarkan senyum dan doa. Sebuah penutup acara yang luar biasa.
Menyusuri Monas selesainya acara. Panggung kini telah menyepi. Ratusan ribu menyebar, berjalan ke segala penjuru, kembali menapak ikhtiar di Ibukota.
Ya, lapangan itu telah sepi dari manusia tapi gemuruh: Allah ... Allah ... Allah ... seakan masih membahana, ratusan ribu bergetar dan gaungnya seakan terus membahana di lapangan ini.
Membahana dari ratusan ribu hati dan lisan serta tangan yang menengadah. Tak terhitung mata yang mengalirkan butiran jernih. Sejernih hati ratusan ribu jiwa raga yang malam ini dikumpulkan oleh cintanya pada Rasul.
Itulah kisah pendek dari Kawasan Monas semalam, kawasan dimana tahmid, takbir dan tahlil bisa kembali bergaung.....
sumber: https://www.facebook.com/aniesbaswedan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar