Senin, 14 Oktober 2013

Daftar 16 Peserta Piala Asia U-19 2014

 Timnas Indonesia U-19 berhasil memastikan tiket ke Piala Asia yang akan berlangsung di Myanmar tahun depan. Garuda Jaya menjadi juara kualifikasi grup G usai menundukkan Korea Selatan, Sabtu 12 Oktober 2013. Indonesia menyapu bersih kemenangan dari 3 pertandingan.

Sementara itu, meskipun kalah di laga terakhir, Korsel tetap lolos ke putaran final. Mereka lolos sebagai salah satu runner-up terbaik. Total ada 16 tim yang akan berpartisipasi di Piala Asia yang akan berlangsung di Myanmar, 5-22 Oktober 2014. 

Di grup A, Qatar tampil sempurna dengan menyapu bersih 4 kemenangan. Sementara itu, Uzbekistan berhak mendampingi Qatar sebagai runner-up terbaik. Di grup B, Uni Emirat Arab tampil sebagai juara grup dengan hasil sempurna, ditemani oleh Yaman.

Tim lain yang juga keluar sebagai juara grup adalah Irak, Iran, Oman, Vietnam,  Korea Utara, dan Jepang. Sedangkan China, Australia, dan Thailand lolos sebagai runner-up terbaik.

Salah satu tim kuat Asia, Arab Saudi secara mengejutkan gagal lolos ke putaran final. The Green Falcons hanya sanggup menempati posisi kedua grup D dan tidak termasuk dalam enam runner-up terbaik. Dua tim runner-up lain yang harus tersisih adalah Bangladesh dan Palestina.

Piala Asia U-19 tahun depan adalah turnamen edisi ke-38. Tim yang berhasil menempati posisi empat besar akan lolos ke Piala Dunia U-20 2015 yang akan berlangsung di Selandia Baru.

Daftar 16 Peserta Piala Asia U-19 2014

(tuan rumah)
1. Myanmar

(juara grup)
2. Qatar
3. Uni Emirat Arab
4. Irak
5. Iran
6. Oman
7. Vietnam
8. Indonesia
9. Korea Utara
10. Jepang

(runner-up terbaik)
11. China
12. Australia
13. Korea Selatan
14. Uzbekistan
15. Thailand
16. Yaman 

sumber : viva.co.id

Zulfiandi, Jangkar Timnas U-19 yang Sempat Tak Mampu Beli Sepatu

Zulfiandi jadi salah satu pemain bintang Timnas Indonesia U-19. Namun, siapa sangka Zulfiandi dulunya sempat tidak mampu membeli sepatu sepakbola.

Kuat dalam bertahan, bagus dalam menyerang. Permainan itu ditunjukkan gelandang Timnas U-19, Zulfiandi, ketika mengalahkan Korea Selatan, Sabtu 12 Oktober 2013.
Zulfiandi merupakan salah satu pemain kunci di lini tengah Timnas U-19. Kemampuannya membaca arah bola, duel-duel udara, hingga mengatur irama permainan, memberikan kenyamanan kepada para pemain di lini tengah Indonesia.

Seringkali pemain yang akrab disapa Zul itu mampu mematahkan serangan-serangan lawan. Pemain klub PSSB Bireun Aceh itu pun menjadi tembok kokoh di lini tengah Timnas U-19.

"Tugas saya memang sangat berat. Sebagai gelandang jangkar, sangat sulit tugasnya. Saya harus menjadi pemain pertama yang menghalau serangan lawan dari lini tengah. Tapi, itu semua saya lakukan demi negara," kata Zul kepada VIVAbola.

Zul merupakan salah satu pemain yang selalu diturunkan pelatih Indra Sjafri sebagai starter di semua laga Timnas U-19 di Piala AFF 2013 dan Pra Piala Asia U-19. Tingkat akurasi umpan gelandang 18 tahun itu pun sangat bagus, mencapai 85 persen. Zul selalu mampu memanjakan rekan setimnya, seperti Muhamad Hargianto dan Evan Dimas dalam mengembangkan permainan.

Tidak Mampu Beli Sepatu

Zul kemudian menceritakan awal kariernya. Ia mengaku sempat tidak mampu membeli sepatu sepakbola karena kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan. Ayahnya, Alfian, hanyalah seorang supir bus lintas Sumatera. Sedangkan ibunya, Supini, merupakan seorang ibu rumah tangga.

"Ekonomi keluarga pas-pasan. Saya sempat kesulitan untuk bisa menjadi pesepakbola. Harus bantu-bantu keluarga. Saya bahkan sempat tidak mampu beli sepatu sepakbola. Ayah saya saat itu kehabisan uang. Sepatu yang saya pakai sudah rusak parah," ujarnya.

"Saya kumpulkan uang jajan. Rela tidak jajan di sekolah demi membeli sepatu. Saat itu uang saya hanya terkumpul Rp100 ribu. Saya diam saja, tapi ternyata ayah saya tahu kalau saya lagi kekurangan uang. Dia menambahkan Rp100 ribu lagi," sambungnya.

Zul mengaku masih menyimpan sepatu sepakbola pertama yang dibelinya dengan susah payah. "Saya simpan, itu adalah sepatu pertama yang saya beli dengan hasil kerja keras," ucap Zul.

Sempat Jadi Striker


Di awal kariernya, Zul pernah menjadi seorang striker. Adalah pelatih pertama Zul di SSB Brata Reuleut Bireun, Rukma Amin, yang mengganti posisi pemain kelahiran 17 Juli 1995 itu menjadi gelandang.

"Dulu saya striker. Tapi, saya takut berbenturan dengan pemain belakang lawan. Bisa cedera nanti, itu yang saya khawatirkan. Saya minta kepada pelatih untuk main di posisi gelandang. Saya lihat gelandang sangat mudah tugasnya. Dan saya menemukan kenyamanan di situ," ungkap Zul.

Keputusan sang pelatih memang sangat jitu. Terbukti, saat ini Zul menjadi bintang di Timnas U-19. Zul pun mengucapkan terima kasih kepada pelatih Rukma Amin.

"Saya tidak akan menjadi seperti ini jika coach Rukma Amin tidak melatih saya. Dia adalah sosok terpenting dalam karier sepakbola saya. Selain coach Rukma, ayah dan ibu saya juga sangat berjasa. Ibu sempat melarang saya menjadi pemain sepakbola, tapi akhirnya dia mengerti," ucap Zul.

Biodata Zulfiandi

Nama: Zulfiandi
Posisi: Gelandang
Klub: PSSB Bireun, Aceh
Tempat, tanggal lahir: Bireun, 17 Juli 1995
Pemain Favorit: Sergio Busquets (Barcelona)
Ayah: Alfian
Ibu: Supini
Tinggi: 178 cm  (one)

sumber :viva.co.id

Minggu, 13 Oktober 2013

Curahan Hati Sang Pengagum Almarhum Habib Munzir Almusawa (Terjemahan)


ImageMengutip sebuah hadits Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam yang menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau :
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
"Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).
Maka marilah kita berkumpul dengan orang-orang alim dan berilmu agama, sehingga kita semua akan mendapatkan kebaikan.
(Berikut adalah artikel yang ditulis oleh Syekh Khalil, seorang warga negara AS yang masuk Islam, ta'lim di pesantren pimpinan Habib Umar bin Hafidz di Hadramaut, Tarim, pernah hadir 2 x ke Indonesia dan mengikuti perjalanan dakwah Majelis Rasulullah. Meski baru memeluk agama Islam dan menemui banyak rintangan dalam mendalami agama barunya, dan hanya beberapa kali bertemu dengan zlmarhum, ia begitu mengagumi dan banyak mendapatkan tauladan dari almarhum Habib Munzir bin Fuad Almusawa.)


Bismillahir Rahmanir Rahim, 
Image"​Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan dari segala ciptaan. Segala puji dan barokah bagi Guru dan Rasul kami Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.
​Saya masih ingat pertama kali saya melihat Habib Munzir al-Musawa. Saat itu sekitar 3 tahun yang lalu. Saya baru saja belajar tentang habaib dari seorang teman, dan menghabiskan waktu saya mencari gambar-gambar Habib Umar dan Habib Kadhim di internet.
Saya ingat saat itulah pertama saya melihat foto Habib Munzir. Senyumnya berseri-seri, sambil memegang tasbih. Dia segera memukau saya sebagai seseorang yang memiliki keindahan dan cinta yang besar. Hatiku sangat ingin bertemu dengannya suatu hari nanti.
​Pada bulan Desember 2012, Habib Umar mengundang saya untuk turut dengannya ke Indonesia. Sebagai orang Amerika, saya sedang mengalami masa-masa sulit untuk beradaptasi dengan kehidupan baru saya di Tarim dan saya fikir Habib (Umar) ingin agar saya melihat lebih banyak lagi ummat dan menghabiskan waktu bersamanya. Saya begitu bersemangat bisa melihat Indonesia dan Jakarta. Saya bertanya-tanya dalam hati jika saja saya dapat bertemu Habib Munzir. Perjalanan ke Indonesia akan menjadi sebuah pengalaman hidup yang berbeda.
​Pada hari kedua saya di Indonesia, saya bangun untuk sholat Subuh di rumah Sayyid Mohsin al-Hamid. Setelah sholat Subuh, beberapa orang berkumpul disana, diantara mereka adalah Habib Munzir bin Fuad al-Musawa. Jantung saya berdegup kencang karena kegembiraan melihatnya. Saya berlari menghampirinya dan mengucapkan salam dan mengatakan kepadanya betapa gembiranya saya karena akhirnya dapat bertemu beliau. Ia tersenyum lebar dan saat saya membungkuk maju untuk mencium tangannya, ia mengagetkan saya dengan menarik tangan saya dan menciumnya terlebih dahulu. Saya masih ingat harum attar yang dikenakannya yang begitu wangi. Saya tahu bahwa ia seorang yang istimewa, namun pada saat itu saya tidak tahu seberapa istimewanya beliau....
​Minggu itu adalah bulan maulid Rasulullah SAW, dan saya begitu terkejut dan kagum melihat lebih dari 100,000-200,000 orang berkumpul demi Rasul kita tercinta Nabi Muhammad SAW. Sementara di tempat kelahiran saya di Amerika, jika berhasil mengumpulkan 50-100 orang saja sudah dianggap maulid besar. Mata saya terbelalak kaget dan jantung saya berdegup kencang. Saat saya duduk di panggung dengan para shuyukh dan habaib, merasa terasing dan sangat canggung, teman saya menghampiri saya dan berkata "Habib ingin kamu berpidato." Saya bertanya habib yang mana, dia menjawab "dua-duanya." Saya kira mereka bermaksud pidato akhir minggu nanti mungkin setelah sholat jummah, jadi sambil lalu saya bertanya "buat kapan?" Diluar dugaan dan membuat saya sangat kaget dan ketakutan saat itu adalah jawaban teman saya Khalid, "Sekarang, jadi kamu sebaiknya cepat-cepat memikirkan sesuatu untuk dibicarakan, kamu berdiri 5 menit lagi." Saya sangat gugup dan panik, saya berucap "Apakah kamu yakin!?" dia kemudian memberi isyarat dengan mengarahkan kepalanya ke barisan depan. Saya membungkuk dan melihat ke barisan depan dan Habib Umar dan Habib Munzir dengan senyuman lebar menghiasi wajah mereka, menganggukkan kepalanya kepada saya. Saat itu saya rasa saya akan jatuh pingsan.
​Saat tiba waktunya saya berdiri dan berpidato, Habib Munzir memperkenalkan saya sebagai Shaykh Khalil dari Amerika. Saya langsung berfikir "Oh tidak, dia fikir saya orang yang mengerti ilmu agama!" Saya sangat malu. Melihat begitu besarnya jumlah orang yang hadir, dan mereka mengira kalau saya seorang shaykh. Saya hanyalah murid yang baru belajar ilmu agama. Di negara asal saya, saya hanyalah seorang guru sekolah untuk mata pelajaran Sejarah Amerika dan Dunia, sama sekali bukan seseorang yang patut diberi gelar shaykh. Berbicara di hadapan 20 murid berbeda dengan berbicara di hadapan lebih dari 100,000+ orang! Ini adalah sebuah tantangan yang sangat besar, saya berfikir dalam hati... Saya melihat wajah saya di layar monitor besar dan juga wajah-wajah Habib Umar dan Habib Munzir, tersenyum layaknya para ayahanda yang bangga. Saya merasa tenang sejenak, tapi kemudian saya mulai tergagap dan kehilangan kata-kata, saat mencoba menggambarkan apa yang saya rasakan, sensasi yang luar biasa dapat berada di pertemuan besar yang agung dan berkah itu.
Saya ingat saat itu saya berucap bahwa Habib Umar, Habib Ali al-Jifri, dan Habib Kadhim as-Saggaf semuanya telah berkunjung ke Amerika dan Kanada dan saya mengatakan "InshAllah, Anda Habib Munzir, juga akan berkunjung berikutnya." Reaksi dari lebih dari 100,000 orang yang bersuka cita dengan ajakan saya kepada Habib Munzir untuk berkunjung dan melakukan dakwah di Amerika membuat saya tersenyum kagum karena saya menyaksikan betapa besarnya kecintaan mereka terhadap Habib Munzir. Saya ingat wajah Habib Umar saat itu. Saya juga ingat wajah Habib Munzir. Bagaimana bisa saya melupakan wajah yang sangat mulia itu.
​Kemudian, dalam minggu itu setelah ?Habib Umar pulang, saya masih punya sisa tiga hari tinggal di Jakarta. Saya sangat bersemangat untuk berbicara dengan Habib Munzir di kantornya. Dia berujar betapa bahagianya dia dengan kedatangan saya dan ingin saya tinggal selama 6 bulan dan belajar di Majelis Rasulullah. Beliau akan menelfon Habib Umar di Tarim untuk meminta izin. Saat Habib Umar terdengar menjawab telfon, Habib Munzir langsung menggeser kursinya, jatuh berlutut dengan kedua tangannya terangkat ke atas dan berkata "Ya Mawlana, bagaimana saya dapat melayani tuan." Saya terkesima dengan intensitas budi pekerti dan adab dari Habib Munzir. Dia menyebut Habib Umar sebagai 'Mawlana, yaitu tuan, atau yang mulia. Dia menelfon untuk meminta izin namun yang pertama dia ucapkan adalah bagaimana ia dapat melayani Habib Umar. Saya tidak akan pernah lupa momen itu selama hidup saya. Saya tidak pernah melihat cinta dan bakti yang begitu dalam. Itulah Habib Munzir. Seorang yang memiliki cinta dan pengabdian yang murni.
​Habib Umar mengatakan saya boleh saja tinggal namun saya akan ketinggalan pelajaran bahasa Arab di Darul Mustafa. Habib Munzir langsung berujar jika saya tidak boleh melewatkan pelajaran bahasa Arab dan meminta izin apakah saya boleh kembali lagi di bulan Januari untuk acara mawlid an-nabi. Izin diberikan dan saya akan kembali ke Tarim untuk sekitar sepuluh hari sebelum kembali lagi ke Jakarta. Hari-hari tersebut di Tarim terasa begitu lama karena saya rindu untuk kembali ke Jakarta dan bertemu lagi dengan Habib Munzir, Habib Muhammad al-Junayd dan seluruh keluarga dan team MR yang saya temui di Jakarta.
​Kembali ke Jakarta selama 5 minggu semakin meningkatkan cinta saya terhadap Habib Munzir. Meski saya tidak melihatnya setiap hari, saya merasakan kehadirannya kemanapun saya pergi. Saya melihat banyak billboard dan umbul-umbul Majelis Rasulullah, saya melihat wajah beliau dimanapun saya berada. Saat saya bepergian, saya melihat wajahnya dalam hati dan fikiran saya. Ia selalu bersama saya kemanapun saya pergi. Saat saya bersamanya, beliau selalu meminta saya untuk duduk di sebelahnya. Saya sangat malu. Inilah saya, seorang Amerika yang masuk Islam, 32 tahun, bukan orang alim, bukan seorang shaykh, namun Habib Munzir memaksa saya untuk duduk disampingnya, dan juga untuk berbicara di maulid. Saya masih ingat saat saya melepaskan imamah (sorban) saya suatu hari dan Habib Munzir bertanya mengapa saya melakukannya, dan saya sampaikan padanya jika saya merasa tidak pantas dan tidak berhak mengenakannya, karena bukanlah seorang shaykh dan hanyalah seorang murid yang baru belajar. Beliau berkata bahwa saya harus mengenakannya, itu adalah sunnah dan saat orang Indonesia melihat seorang warga negara asing, apalagi orang Amerika, mengenakan imamah, itu akan mengingatkan orang untuk beribadah seperti halnya Nabi Muhammad SAW dan untuk mengikuti cara hidupnya, dan bukannya mengikuti cara duniawi. Saya kemudian mengenakannya kembali selama perjalanan saya disana, dan melakukannya dengan kebanggaan telah mengikuti sunnah Rasul SAW tercinta dan saya bepergian ke pulau Sulawesi dengan Habib Muhammad al-Junayd dan Sayyid Hilmi al-Kaf untuk berdakwah. Saya merindukan Habib Munzir dan ingin kembali ke Jakarta, namun beliau menginginkan agar saya bertemu dengan masyarakat disana mengajak mereka kembali ke Islam. Perjalanan dakwah tersebut unik dan mengesankan dalam segala hal.
​Akhirnya, saat tiba waktunya saya harus kembali ke Tarim, saya bertemu lagi dengan beliau di kantornya. Saya masih ingat kesedihan yang terlihat di wajahnya. Inilah seorang lelaki, cucu keturunan langsung dari Rasulullah SAW, yang memikul tidak hanya Jakarta, namun beban seluruh Indonesia di pundaknya. Meski begitu banyak organisasi Islam dan habaib di Indonesia, tidak ada satupun yang memiliki dampak dan pengaruh yang begitu besar seperti Habib Munzir, terutama bagi kalangan anak muda. Terlihat dengan begitu banyaknya anak muda, pria dan wanita, anak-anak laki dan perempuan berkumpul dibawah kibaran bendera Majelis Rasulullah, dengan senyuman dan cinta di wajah mereka. Para pemuda yang dulunya frustasi dan tidak sadar kini kembali memanggil nama Allah SWT dan Rasul-Nya, Muhammad SAW. Kemanapun Habib Munzir pergi, terdapat senyuman dan kebahagiaan di sana. Itulah yang selalu dibawa Habib Munzir bersamanya: senyuman dan cinta.
​Mengucapkan selamat tinggal adalah hal yang sangat sulit bagi saya. Saya ingat bagaimana beliau selalu berusaha mencium tangan saya saat saya mencium tangannya kapanpun kami bertemu. Saya ingat pelukannya. saya ingat kapanpun saya berbicara, beliau selalu memandang saya dengan kebahagiaan, pandangan seorang ayah yang bangga akan puteranya. Saya memperhatikan bagaimana perilakunya terhadap orang lain. Sangat lembut, sangat penuh perhatian. Pelukan terakhir itu lebih lama dan kuat. Saya ingat bahwa mata kami berdua berkaca-kaca, saya ingat tidak ingin melepaskan pelukan beliau. Saya memandang Habib Munzir dengan penuh cinta dan kekaguman. Meski beliau hanya 8 tahun lebih tua dari saya, saya melihatnya sebagai figur seorang ayah. Begitulah pembawaan diri beliau, jauh lebih tua, dengan segala kebijakan dan kecerdasannya.
​Pengabdian umat terhadapnya sangatlah erat dan pribadi. Kemanapun Habib pergi, orang-orang menghargai dan menghormati beliau. Cara ia mengajak dan membawa emosi umat yang hadir, kekuatan doanya saat mereka menyerukan nama Allah. Saya belum pernah merasakan kekuatan yang begitu positif dan mengagumkan. Itu semua memberikan harapan bagi ummat. Figur seperti Habib Munzir adalah figur yang didambakan Ummat. Penduduk Indonesia memiliki ikatan unik dan pribadi pada Habaib. Mereka mencintai habaib dengan cara tersendiri yang tidak dilakukan orang lain dimanapun di dunia, namun Habib Munzir adalah Habib mereka. Putera bangsa mereka, yang menghidupkan kembali Islam di Indonesia. Berada diantara mereka, saya merasakan pengabdian itu terhadap beliau. Dalam waktu yang begitu singkat itulah, cinta saya terhadap Habib Munzir sudah sebesar ummatnya di Jakarta dan Indonesia. Saya merasa seolah-olah beliau adalah "Habib saya".
​Kembali ke Tarim saya merasa seakan tersesat dan kehilangan. Saya telah menghabiskan tahun pertama tanpa mengikuti kelas bahasa Arab karena tingkat pengetahuan bahasa Arab saya masih terlalu rendah untuk bisa mengikuti sebuah kelas. Saya memiliki seorang pembimbing yang mempersiapkan saya untuk tahun ajaran berikutnya. namun saya tidak memiliki semangat, tidak memiliki ambisi. Saya merasa begitu kehilangan dan putus asa. Tahun ajaran baru telah dimulai beberapa minggu yang lalu, dan saya merasa terkucilkan. Semangat saya yang asalnya sudah sangat kecil menjadi tidak ada sama sekali. Saya telah menyerah dan tidak ada harapan untuk belajar. Aspirasi spiritual saya telah hilang. Namun, saya selalu mengingat Habib Munzir dalam setiap doa-doa saya. Setiap malam sebelum saya pergi tidur, saya berdoa untuk Habib Munzir, untuk kesuksesan dan agar segera sembuh dari sakitnya.
​Saat saya diberi tahu bahwa Habib Munzir meninggal, saya tidak mau percaya akan hal itu, sama seperti Hazrat Umar (RA) saat mendengar berita meninggalnya Nabi Muhammad SAW. Saya segera mengirim pesan sms pada keluarga Habib Munzir, yaitu kakaknya Habib Ramzy dan iparnya Anwar, dan mereka langsung menelfon balik. Saat saya mendengar mereka menangis di telfon, saya baru percaya bahwa itu benar adanya. Hati saya seakan hancur berkeping-keping. Dunia seakan runtuh di sekitar saya. Perasaan yang sama saat saya mendengar ayah saya meninggal dunia bertahun-tahun yang lalu saat saya berusia 17 tahun. Saya berlari keluar pesantren Dar al mustafa dan jatuh terduduk menghadap dinding sambil menangis sejadi-jadinya. Saya tidak tahu apa yang difikirkan atau dirasakan. Habib Munzir telah tiada.
​Semakin larut hari itu, ?tangisan saya semakin tak terbendung dan saya merasa begitu kehilangan. Saya tidak dapat masuk ke kelas, saya tidak dapat makan atau minum. Saya menangis dalam sholat. Saya tidak dapat melalui semenitpun tanpa merasakan kehilangan beliau yang menguasai hati dan fikiran saya. Para sahabat di pesantren berusaha menenangkan saya namun tidak ada yang dapat menghentikan airmata dan kepedihan ini.
​Saya menulis artikel ini sehari setelah Habib Munzir (RA) meninggalkan dunia ini dan kembali kepada Allah SWT. Seperti yang telah saya ungkapkan sebelumnya, hanya beberapa minggu yang lalu tahun ajaran baru telah dimulai dan saya merasa kosong dengan tanpa ambisi untuk belajar atau menimba ilmu. Namun saya menulis surat hari ini dengan semangat baru untuk belajar. Ini karena meninggalnya Habib Munzir yang membuat himma (aspirasi spiritual) saya kembali pada saya, semangat dan ambisi saya telah kembali. Dan saya yakin Habib Munzir tengah mengawasi saya dan saya ingin membuatnya bahagia. Saya berniat pada waktu dekat nanti dapat memenuhi harapannya agar saya belajar di Majelis Rasulullah.
​?Habib Munzir adalah saudara saya dalam Islam, dan sesama murid dari Habib Umar. Beliau adalah shaykh saya, dan dia adalah sahabat saya. Saat tengah menghadapi berita sedih kematian beliau kemarin, seorang teman saya menyampaikan kepada saya sebuah hadist yang diriwayatkan oleh ibu kita Aisyah (RA) mengenai jiwa tertentu yang terhubung erat sebelum penciptaan. Aku merasakan kenyamanan besar dalam mempelajari hadits ini. Meski saya tinggal di Jakarta hanya selama enam minggu, saya merasa seakan-akan saya telah dibesarkan dibawah tatapan penuh kasih Habib Munzir.
​Habib Munzir memiliki senyum yang lembut dan berseri-seri, seakan menerangi ruangan manapun yang ia masuki. Suaranya yang berat dan berwibawa begitu kuat dan siapapun yang mendengarnya berbicara atau melantunkan du'a seakan terpikat olehnya. Beliau selalu berlemah lembut dan baik hati pada orang lain. Dan segala hal yang berhubungan dengan kakek buyutnya Rasulullah SAW, ia tidak pernah ragu-ragu untuk menyampaikan pesan dan hadits beliau. Segala hal yang dilakukan Habib Munzir adalah semata bagi Allah dan Rasul Nya SAW dan para shaykh kita. Di setiap Maulidnya, Habib Munzir selalu fokus dan begitu mudah terharu. Ia merasakan dan melihat Rasulullah SAW di setiap maulid. Penduduk Jakarta mencintainya. Mereka mengaguminya, mereka rela mati untuknya. Saya pun merasakan kekaguman luar biasa dan kecintaan mendalam terhadap beliau, dan saya siap mati tanpa ragu-ragu untuknya. Ingatan saya selalu kembali pada pikiran bagaimana jika saya telah belajar di sana selama enam bulan dan bukannya kembali ke Tarim. Namun Allah adalah Maha Penentu dan sebaik-baiknya perencana.
​Kita semua telah banyak membaca kisah tentang orang-orang yang menghabiskan hanya sedikit waktu dengan seorang shaykh, namun hati mereka terbuka dan mereka merasakan perubahan dalam dirinya. Saya selalu menganggap kisah-kisah semacam itu hal yang mustahil di zaman sekarang ini. Hingga akhirnya saya bertemu dengan Habib Munzir al-Musawa barulah saya menyadari betapa momen seperti itu benar-benar ada dan terjadi. Hanya sesaat, cukup sebentar saja, tatapan dari salah seorang awliya dapat merubah segalanya. Tatapan ini dapat terjadi dalam kehidupan mereka, ataupun di kehidupan akhirat kelak. Saya merasakan tatapan Habib Munzir kepada saya dan saya merasakannya sekarang dan semakin dalam dan sering justru setelah beliau meninggal.
​Saya tidak pernah berfikir bahwa saya dapat mengagumi dan mencintai seseorang seperti saya mencintai Habib Umar bin Hafiz. Saya memandang Habib Umar sebagai ayah yang mengadopsi saya. Di saat saya memandang Habib Umar, saya merasa seperti Hazrat Zayd (RA). Saya tidak pernah berfikir kalau seseorang bisa memiliki pengaruh yang sebegitu besar dalam hidup saya seperti pengaruh Habib Umar. Namun saat bertemu dengan Habib Munzir, seluruh dunia saya berubah. Tidak ada seorangpun yang memiliki cinta dan pengabdian terhadap shaykh mereka seperti yang ditunjukkan Habib Munzir kepada Habib Umar. Saya belum pernah melihat kepercayaan dan kepatuhan seperti itu. Seakan-akan saya melihat kisah Rumi dan Shams, mungkin begitulah gambaran kekuatan dan cinta antara sang Guru Mulia Habib Umar dan muridnya Habib Munzir. Terdapat ikatan khusus yang tidak bisa dimengerti oleh siapapun. Tidak perlu dipertanyakan lagi, Habib Munzir adalah salah satu yang paling dicintai oleh Habib Umar, dan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW.
​Sejak beliau meninggal, begitu banyak yang datang menghampiri saya bertanya tentang Habib Munzir. Seperti apa orangnya, kisah-kisah tentangnya, dan berbagai kenangan lainnya. Baru sehari beliau meninggalkan kita, namun rasanya sudah bertahun-tahun lamanya. Saya merasa beruntung dan diberkati telah mengenalnya. Meski hanya dalam waktu yang singkat saya bersama beliau, saya merasa jauh lebih terhubung dengannya dibandingkan yang lain. Saya mengatakan ini semua tanpa keangkuhan dan kesombongan. Allah SWT memberkahi saya sehingga dapat bertemu dengan Habib Munzir. Saya tahu bahwa jiwa saya terhubung dengannya. Itulah hadiah paling mulia yang pernah saya terima dalam hidup saya. Habib Umar dan Habib Munzir sama-sama mulia bagi saya, dan suatu saat nanti saya berharap dapat berjalan dalam bayangan mereka. InshAllah Rahman.
​Meninggalnya Habib telah menyelamatkan tidak hanya iman dan kepercayaan saya terhadap Allah dan Islam, ia telah menyelamatkan hidup saya. Saya berdoa semoga Habib Munzir mendapatkan surga firdaus dan dekat dengan kakeknya Rasulullah SAW. Saya berdoa bagi kita semua yang berkabung atas meninggalnya seseorang yang begitu kita cintai dan sayangi. Saya berdoa bagi anak-anak almarhum yang merupakan perwujudan dari kesejukan pandangan ayah dan ibunya. Saya berdoa semoga keluarganya dan mereka yang mencintainya meneruskan warisan, cita-cita dan perjuangan beliau. Saya berharap dan berdoa.
​Saya berdoa semoga saya diberikan tawwasul Habib Munzir di yaumil qiyamat nanti. Saya berdoa dan berharap, agar diberikan niat dan iman yang kuat. Karena Anda, Ya Mawlana, Saya berdoa dan berharap.... " ~ Syekh Khalil, Tarim

sumber: www.majelisrasulullah.org

Ravi Murdianto Tetap Perlu Tingkatkan Kualitas

By  on October 13, 2013
0
Timnas U-19_Ravi Murdianto
Kiper timnas U-19, Ravi Murdianto, adalah salah satu sosok yang juga turut mengantarkan Indonesia lolos langsung ke Piala Asia U-19 2014 di Myanmar. Pelatih kiper Jarot Supriadi memuji penampilan Ravi tetapi tetap menuntut peningkatan kualitas.
Ravi Murdianto tampil gemilang saat menaklukkan Korea Selatan 3-2 di laga terakhir kualifikasi Grup G, Sabtu (12/10) WIB. Jarot Supriadi mengaku terkesan dengan penampilan anak asuhnya itu.
“Secara umum untuk posisi penjaga gawang selama Kualifikasi Piala Asia ini, saya memuji penampilan Ravi. Dua gol dari Korsel murni adalah proses yang sulit. Satu dari penalti, bola tidak terjangkau karena kondisi lapangan yang terguyur hujan. Kedua gol dari set pieces dan hal itu merupakan keunggulan dari Korsel,” ujar Jarot.
“Semua yang dilakukan Ravi adalah penerapan secara taktis. Jangan hanya melihat mengapa Ravi bisa kemasukan gol, ada beberapa peluang Korsel dari umpan silang yang mampu dimentahkan Ravi. Bola dari tendangan sudut dan free kick masih bisa dihalau oleh Ravi dan saya apresiasi hal itu. Akan tetapi, kami sudah sepakat terutama untuk kiper agar penampilan selalu dijaga dan hadirnya peningkatan kualitas. Kelemahan dan kekurangan akan dievaluasi dan diperbaiki,” kata Jarot.

Sumber : Sportsatu

Tak tertarik ditawari lawan tim asing, Indra sjafri: Jangan jual Timnas seperti itu

Minggu, 13/10/2013 15:32 WIB

ANTARA FOTO/Ismar Patrizki
Jakarta - Timnas U-19 Indonesia langsung mendapatkan tawaran dari beberapaevent organizer untuk melakukan laga ujicoba. Indra Sjafri menyatakan siap menolak tawaran itu andai tak sesuai dengan programnya.

'Garuda Muda' tampil gemilang dengan memastikan diri lolos ke babak final Piala Asia di Myanmar tahun depan dengan status juara Grup G dengan koleksi nilai sempurna sembilan poin.

Indonesia memastikan tiket itu dengan mengalahkan juara bertahan sekaligus pengoleksi 12 gelar juara, Korea Selatan, dengan skor 3-2, dalam laga yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Sabtu (13/10/2013) kemarin.

Dampak dari penampilan apik itu, Indra mengaku bahwa dirinya sudah mendapatkan tawaran dari beberapa event organizer (EO) untuk melakukan laga eksebisi dengan tim dari luar negeri.

Kendati begitu, Indra sudah berancang-ancang untuk menolak tawaran itu.

"Banyak EO yang sudah menawarkan lawan, tapi saya tidak mau. Kalau mau, saya sudah ada jadwal silakan kalau ada EO yang mau mengakomodasi," tegas Indra Sjafri saat berbincang dengan para pewarta, Minggu (13/10/2013) siang WIB, di Hotel Sultan.

"Jangan menjual tim nasional dengan cara seperti itulah," imbuhnya.

Beberapa waktu lalu, Indonesia di datangi tim-tim besar Eropa seperti Chelsea, Liverpool, dan Arsenal. Tim-tim itu melakoni laga ujicoba melawan kesebelasan yang sebagian besar anggota skuatnya merupakan penggawa timnas senior.

sumber: 

Lucas Aditya - detikSport

Begini Cara Timnas U-19 Mengatasi Nama Besar Korea Selatan

Minggu, 13/10/2013 15:33 WIB

thumbnailANTARA/Ismar Patrizki
Tim nasional Indonesia U-19 menunjukkan bahwa nama besar sesungguhnya bukanlah jaminan. Mereka membuktikan itu ketika dengan sangat baik menaklukkan Korea Selatan dengan skor 3-2 di Gelora Bung Karno.

"Saya sudah bilang Korea Selatan itu bisa dikalahkan. Mereka bukan apa-apa, kita harus beri kepercayaan."

Tadi malam (12/10), di pertandingan terakhir babak kualifikasi Asia U-19, Indra Sjafri membuktikan ucapannya. Salah satu kekuatan sepakbola Asia, juara 12 kali Piala Asia U-19 sekaligus juara bertahan, ditundukkan di hadapan ribuan pendukung Indonesia.

Namun, bukan hanya yang membuktikan ucapannya. Evan Dimas, yang berulang kali berujar bahwa yang tak bisa dikalahkan hanyalah Tuhan, pun memperlihatkan tajinya. Tiga kali kapten 18 tahun itu memanfaatkan umpan tarik untuk menjebol gawang Korea. Bukti bahwa Korsel bukanlah musuh yang lebih besar dari Tuhan.

Kemiripan Indonesia dan Korea

Di pertandingan-pertandingan sebelumnya kedua tim lebih sering bermain dengan umpan-umpan pendek (horizontal) dan mengandalkan penguasaan bola. Namun, pada laga ini keduanya bermain dengan passingvertikal.

Kedua tim pun sama-sama menerapkan garis pertahanan yang dalam. Otomatis, serangan lebih sering dilakukan dengan cepat ke jantung pertahanan, yaitu langsung menuju area final third dengan umpan-umpanthrough ball.

Tidak banyak passing di area final third yang mampu dihasilkan oleh keduanya, karena umumnya bola dialirkan langsung dari lini tengah dan langsung digiring oleh para pemain.

Serang Lewat Kanan

Coach Indra kembali mengubah susunan starting line-up, yaitu dengan kembali menjadikan Maldini dan Syahrul sebagai pemain utama. Kembalinya Putu Gede dan Maldini, masing-masing sebagai fullback kanan dan right-forward, berarti kedua fullback yang tidak terlampau menyerang dan menjaga keseimbangan pertahanan. Taktik ini terbukti berhasil dalam meredam Korea yang memang mengandalkan tusukan-tusukan dari sayap.

Di kubu lawan, Korea menurunkan sang pencetak hat-trick Hwang Hee Chan dari menit awal. Pemain ini terbukti jadi pembeda serangan Korea, terutama karena gaya bermain mereka yang lebih sering membangun serangan lewat sayap dengan umpan-umpan pendek.

Saat bola sudah mendekati area sepertiga lapangan akhir, Hee Chan akan bergerak ke arah sayap untuk menjadi pemantul bola dan menambah jumlah rekannya di sayap. Di babak pertama, saat Korea sering mengalirkan bola ke kanan, mereka bahkan sampai menumpuk 5 pemain di sayap dan hanya menyisakan satu orang di kotak penalti.

Pilihan untuk menyerang dari kanan ini salah satunya dipengaruhi karena hujan. Lapangan yang lebih kering di sisi kanan Indonesia memang lebih memudahkan passing-passing para pemain Korea.

Biasanya Korea membawa bola hingga ke ujung garis lapangan, dan memberikan crossing pendek ke depan gawang. Dengan cara inilah mereka sempat menjebol Filipina 2 kali. Hingga menit ke-24 saja sudah ada 4 umpan silang dari arah kanan yang mereka lakukan.

Untuk mengantisipasi hal ini, maka Hansamu kerap bergerak ke arah kiri dan membantu Fatchu Rohman. Sementara itu, Zulfiandi turun untuk meng-coverarea yang ditinggalkan Hansamu.


[Grafik aksi bertahan Indonesia (menit 0-40): serangan Korsel lewat kanan bisa diantisipasi]

Frustasinya Korea Selatan

Selain menyerang lewat kanan, satu pola dari Korea adalah melakukan pressing dari 2/3 lapangan dari awal pertandingan. Bahkan, para pemain Indonesia yang membawa bola acapkali dikelilingi oleh 2 sampai 3 orang sekaligus.

Namun, satu acungan jempol mesti diberikan pada timnas U-19 yang bisa mempertahankan bentuk permainan meski berada di bawah tekanan dan guyuran hujan lebat. Ketiga gelandang bermain rapat di depan lini pertahanan dan tidak memberikan tempat bagi gelandang Korea untuk menembus kotak penalti dari tengah. Hal ini membuat Korea frustasi dalam membangun serangan.

Derasnya hujan juga sempat menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya stamina yang melemah dan aliran bola melambat. Ditambah lagi Evan Dimas dan Zul bermain lebih dalam dari biasanya, sehingga coverage area untuk menyerang-bertahan akan bertambah. Tentu ini akan menguras stamina.

Kami sadar bahwa semangat, kerja keras, atau pun energi positif bukanlah sesuatu yang mudah untuk dianalisis dalam satu pertandingan. Namun, semalam para "Garuda Muda" menunjukkan bagaimana energi positif mereka mampu menepis kekhawatiran akan melemahnya stamina.

Ini terlihat dari para gelandang Indonesia, terutama Hargianto. Berulang kali pemain yang sempat bermain buruk di laga pertama ini mampu lepas dari kawalan 2-3 pemain Korea dan mendobrak kedepan. Demikian pula dengan Evan Dimas yang bahkan sampai bermain melebar ke kanan depan dan memberikan satu umpan silang pada Muchlis Hadi.

Mengubah Skema Serangan

Korea Selatan lalu mengubah skema serangannya pada babak kedua. Jika di babak pertama menusuk lewat kanan, pada babak kedua terlihat mereka menyerang sisi kiri dan tengah.

Salah satu penyebab Korea mampu menyerang lewat kiri adalah karena perpindahan posisi Maldini. Di babak pertama, pemain sayap kanan ini lebih sering berada di area tengah untuk memberikan perlindungan dalam bertahan pada Putu Gede.

Namun, di babak kedua, Indra Sjafri menempatkannya di area sepertiga lapangan akhir untuk jadi titik fokus serangan. Karena itu Korea lebih mudah untuk menyerang lewat kiri.

Salah satu keunggulan Korea sendiri adalah penempatan 3 penyerangnya di ruang antara lini tengah dan lini belakang. Akibatnya, mereka mampu memberikan pressing pada defender Indonesia dan memaksa bek Indonesia untuk melakukan clearance.

Karena itu, jarang sekali serangan dibangun dari belakang yang berawal dari perpindahan penguasan bola.

Ilham Udin dan Maldini Sebagai Ujung Tombak

Bermain melawan Korea Selatan yang memiliki kolektivitas bagus dan kuat bermain di tengah, Indra Sjafri menginstruksikan untuk ketiga pemain tengah bermain lebih rapat dan lebih dalam. Zulfiandi-Hargianto ditempatkan untuk melindungi keempat bek, sementara Evan Dimas mengatur serangan.

Akibatnya, passing-passing pendek antara ketiga gelandang di area pertahanan lawan pun tidak terjadi. Sebagaimana ditunjukan oleh grafik di bawah ini, Indonesia lebih sering memasuki area pertahanan Korea melalui umpan lambung.


[Grafik passing di area final third: Indonesia dengan umpan panjang, Korea umpan pendek]

Menghadapi Korea Selatan yang juga memainkan garis pertahanan yang rendah dan memiliki kinerja yang baik, Muchlis kesulitan mendapatkan penguasaan bola di area lawan. Karena itu, ia lebih sering bermain lebih dalam dari biasanya. Bahkan, di babak kedua, Muchlis sempat melakukan tekel di area pertahanan Indonesia, satu hal yang jarang dilakukan oleh pemain depan.

Dengan turunnya Muchlis, otomatis Maldini dan Ilham Udin secara bergantian menjadi titik fokus serangan. Sepanjang 90 menit, Ilham sendiri lebih sering bermain lebih depan ketimbang Muchlis. Pada Maldini dan Ilham Udin-lah bola-bola lambung dari tengah sering ditujukan. 

Dari Kiri ke Kanan

Sepanjang gelaran Piala AFF dan kualifikasi Piala Asia U-19, Indra Sjafri sering kali mengubah pola serangannya di babak kedua. Hal ini juga yang terjadi di pertandingan melawan Korea. Indonesia mengalihkan serangan dari semula di sayap kiri, berganti ke kanan. Hal ini juga terbantu dengan mulai keringnya lapangan. Maldini yang memiliki kemampuan dribbling yang baik, mampu beroperasi maksimal pada kondisi demikian.

Dengan mengalihkan serangan pada Maldini, Ilham kemudian lebih sering bergerak ke tengah dan seolah menjadi striker mendampingi Hadi Ning. Ilham pun kerap bergerak ke dalam kotak penalti untuk menyambut bola dan memberikan ancaman pada bek korea.

Selain Ilham, pemain seperti Maldini, Evan, atau Zulfiandi pun memang sering menusuk ke dalam kotak penalti. Saat terjadinya gol pertama, sudah ada empat pemain Indonesia yang berada di dalam kotak penalti melawan 4 bek korea.

Andalkan Umpan Tarik dan Bergerak dari Dalam

Satu hal yang menjadi ciri khas ketiga gol Indonesia adalah adanya lari vertikal dari area tengah lapangan menuju kotak penalti. Di gol pertama (lihat grafik), Evan Dimas melakukannya untuk menyambut umpan tarik dari Ilham Udin.


[Grafik proses gol pertama Indonesia]

Demikian pula dengan gol kedua. Evan Dimas memberikan umpan pada Maldini dari tengah lapangan, kemudian berlari menuju kotak penalti dan menyambut umpan tarik Maldini.


[Grafik proses gol kedua Indonesia]

Di gol ketiga, pola itu terlihat lagi, yaitu melalui Muchlis Hadi. Penyerang Indonesia ini melakukan intersepsi di tengah lapangan lalu memberikan umpan pada Ilham yang sudah berpindah ke posisi kanan. Ilham kemudian melakukan dribble, sementara Muchlis berlari ke ujung kotak penalti. Dengan seolah tanpa melihat, Muchlis kemudian memberikan umpan ke belakang, pada Evan Dimas yang memang sudah berlari untuk menyambut umpan.


[Grafik proses gol ketiga Indonesia]

Satu hal yang tidak terlihat dari grafik gol ketiga di atas adalah Maldini yang juga sudah berada di kotak penalti. Ini juga terlihat pada gol pertama, yaitu Maldini dan Muchlis yang sudah berlari di belakang Evan Dimas. Sementara pada gol kedua, Muchlis dan Ilham sudah berada di dalam kotak penalti di depan Evan.

Pergerakan pemain-pemain inilah yang memaksa bek Korea mundur hingga mendekati kiper, dan Evan Dimas bisa mendapatkan ruang kosong untuk melakukan tembakan.

***

Seusai pertandingan, nada-nada kekhawatiran akan masa depan para punggawa timnas U-19 muncul. Ada yang mencemaskan para parpol yang akan memanfaatkan mereka demi popularitas dan ada yang menyarankan agar tim muda dan sangat potensial ini dijauhkan sesegera mungkin dari busuknya kompetisi dalam negeri. 

Tentu kekhawatiran yang beralasan mengingat keruwetan yang sudah mengakar-membusuk di sepakbola Indonesia. Namun bagi seorang Indra Sjafri, pikiran-pikiran itu bolehlah ditunda hingga esok hari.

Saat ditanya oleh salah seorang reporter di stadion, dengan penuh keharuan ia berujar:

"Mari kita nikmati kemenangan ini. Soal tahun depan kita lihat nanti."

sumber : Pandit Football Indonesia - detikSport

Sabtu, 16 Maret 2013

Juventus , Liverpool dan Arsenal ke Indonesia

Indonesia bakal menjadi mendan pertempuran tim-tim raksasa Eropa. Mereka menyerbu Indonesia untuk melakoni laga eksibisi melawan pasukan Merah Putih.
Diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal PSSI Halim Mahfudz, beberapa klub Eropa yang sudah memastikan akan datang ke Indonesia itu di antaranya Jawara Liga Italia Seri A Juventus, dan dua klub papan atas Liga Inggris Liverpool dan Arsenal.
"Kita sampaikan ada beberapa klub yang ingin bertanding di Indonesia," ujar Halim membuka pembicaraan di kantornya, Senin (28/1/2013).
Menurut Halim banjir kedatangan tim-tim raksasa itu akan dimulai pada 23 Mei 2013 dengan kedatangan AS Roma dan Hamburg FC. Dua tim itu akan melakoni turnamen segitiga melawan timnas Indonesia selama lima hari hingga 28 Mei 2013.
Belum selesai pesta sepak bola akbar itu, giliran Juventus yang datang pada 27 Mei 2013, Gianluigi Buffon dan kawan-kawan akan melancong di Indonesia dari 27 Mei hingga 1 Juni 2013. Halim mengklaim tim asuhan Antonio Conte itu juga akan melakoni turnamen segitiga melawan timnas Indonesia dan timnas Malaysia.
Akhir Mei 2013, sepertinya menjadi musim banjirnya tim raksasa Eropa ke Indonesia. Bulan kelima kalender masehi itu akan ditutup dengan kedatangan Arsenal pada 31 Mei 2013.
Pamungkasnya, klub Liga Inggris yang memiliki banyak penggemar di Indonesia, Liverpool akan berkunjung ke Jakarta. Klub yang disponsori maskapaiu penerbangan nasional Garuda Indonesia itu akan tiba pada 21 Juli 2013.
Halim mengklaim rencana kedatangan tim-tim raksasa Eropa itu sebetulnya hanya beberapa saja. Pasalnya, PSSI sendiri banyak menolak permintaan klub yang ingin menggelar laga eksibisi. Namun, Halim memberi catatan bahwa semua laga menarik itu dipastikan akan tersaji jika Indonesia tidak dikenai sanksi pembekuan oleh FIFA.
"Mudah-mudahan kita tidak disanksi FIFA, pokoknya tiap hari kita nonton bola, sayang kan kalau kita kena sanksi. Semuanya bisa batal," tukas pria yang akrab disapa Halma itu.

sumber : INILAH.COM

Pertemanan yang indah





Bandung Jawa barat ,10 maret 2013

ADIDAS BARCELONA CITY SERIES 2020

 ADIDAS BARCELONA CITY SERIES 2020 Seri Kota adidas pertama kali diluncurkan pada tahun 70-an dan 80-an dan kota-kota bersejarah di seluruh ...