Jumat, 31 Desember 2010

Sayidah Fathimah : Wasilah Dzuriyah Nabi


Sayidah Fathimah : Wasilah Dzuriyah Nabi


Banyak pertanyaan kenapa keturunan Nabi Saw. dari Sayidah Fathimah tidak diturunkan dari anak lelaki Nabi Saw. Padahal nasab dihubungkan pada laki-laki. Apa dasarnya? Pertama, Untuk menjawab jahiliatul arab; ‘alladzi yatasaabun biauladiha’, mereka yang fanatik sekali terhadap anak lelakinya.
Untuk menjawab ini Rasulullah  Saw. bersabda “kulu bani anbiya yantami ila abihi, setiap keturunan nabi terhubung melalui ayahnya. Karena para nabi terdahulu tidak mengalami sebagaimana yang dialami oleh Rasulullah Saw. Maka dijadikan keturunan mereka dari lelaki. Dimana hidupnya Nabiyullah Zakaria, Nabiyullah Yahya, Nabiyullah Musa dan lain sebagainya, mereka tidak taasub, fanatik terhadap anak lelakinya.

Tapi berbeda dengan masyarakat Arab saat itu. Sehingga nilai seorang wanita sangat terpojok sekali. Ini dijawab oleh Allah, karena munculnya pendapat-pendapat orang  mengatakan:’ bahwa sayidah Fathimah adalah perempuan, tidak mungkin keturunan Rasulullah Saw. dari perempuan, berarti kan putus. Rasulullah Saw. dianggap abtar”. Dijawab oleh Allah Taala apa? ‘Inna ‘Athoinaka al Kautsar, fasholli lirabbika wanhar inna Syani’aka huwa al abtar’. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.

Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (QS: AL Kautsar:1-3). Kalimah "huwa al Abtar",  dialah yang terputus (keturunannya), kepada siapa? Kaum jahiliyah yang menyerang dan menuduh Rasulullah: bahwa 'Rasulullah tidak punya keturunan lelaki'. Jadi huwa, ‘dia’ (dialah yang terputus) dalam ayat terakhir itu kembali pada yang mengejek Rasulullah Saw.

Darisinilah Sayidah Fathimah’ melahirkan Al Hasan dan Al Husain. Dari asbat, keturunan inilah melahirkan tokoh-tokoh a’imah, para imam besar. Termasuk Imamuna Syafi’i sendiri diturunkan daripada ibu katurunan Sayidah Fathimah. Karena ibunya Imam Syafi'i adalah Hababah Fathimah binti Abdullah al Mahith Fathimah bin Hasan al Mutsana bin Hasan As sibthi bin Ali bin Abi Thalib.

Jadi Imam Syafi'i sendiri walaupun dari pihak perempuan masih ada tetesan darah  dari Musthofa Saw. Sampai Rasulullah Saw. sendiri mengatakan: “Khairul qurun qorni… sampai hadis Wakhtarallahu min bani Adam Fulan …al Fulan, min bani Hasyim… sebelum Bani Hasyim Wakhtara al Quraisy”. Dari keturunan Adam Allah memilih Quraisy. Keturunan Quraisy siapa? Imam empat tidak terlepas al Quraisy, Khulafaur Rasyidin tidak terlepas dari al Quraisyi.

Banyak yang bertemu di Ka’ab. Rasulullah bin Abdullah bin Abdu Mthalib bin  Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushoy bin Kilab bin Ka’ab. Nah, dari sini ada yang ketemu di Luay ada yang bertemu di Abdi Manaf. Jadi Khulafaur Rasyidin termasuk dalam sabda Nabi; Wahktara min Quraiysy, Waktara al Hasyimi.

Dari Quraisy pilih lagi menjadi al Hasyimi dari al Hasyimi di pilih lagi Bani Muthalibi, sampai Bani Fathimah binti Rasulullah. "Jaalallahu Ahli Baiti min Fathimah wa Ali waana ashobihima wawaliyuhumma", Ya Allah jadikan ahli baitku dari Fathimah dan Ali Aku adalah kelompok  mereka dan pelindung mereka, Itu sabda Nabi.

Kedua, untuk menyatakan keturunan dari anak perempuan bisa lahir orang-orang yang hebat seperti al Hasan dan Husain. Ketiga, kalau siti Maryam sebagai wanita yang paling utama pada zamannya bisa melahirkan orang hebat: Isa bin Maryam, maka Sayidah Fathimah sebagai wanita yang paling utama fi jamanih, pada jamannya bisa melahirkan keturunan yang hebat pula: al Hasan dan Husain.

Selasa, 28 Desember 2010

Surat Untuk Firman

Surat Untuk Firman

Kawan, kita sebaya. Hanya bulan yang membedakan usia. Kita tumbuh di tengah sebuah generasi dimana tawa bersama itu sangat langka. Kaki kita menapaki jalan panjang dengan langkah payah menyeret sejuta beban yang seringkali bukan urusan kita. Kita disibukkan dengan beragam masalah yang sialnya juga bukan urusan kita. Kita adalah anak-anak muda yang dipaksa tua oleh televisi yang tiada henti mengabarkan kebencian. Sementara adik-adik kita tidak tumbuh sebagaimana mestinya, narkoba politik uang membunuh nurani mereka. Orang tua, pendahulu kita dan mereka yang memegang tampuk kekuasaan adalah generasi gagal. Suatu generasi yang hidup dalam bayang-bayang rencana yang mereka khianati sendiri. Kawan, akankah kita berhenti lantas mengorbankan diri kita untuk menjadi seperti mereka?

Di negeri permai ini, cinta hanyalah kata-kata sementara benci menjadi kenyataan. Kita tidak pernah mencintai apapun yang kita lakukan, kita hanya ingin mendapatkan hasilnya dengan cepat. Kita tidak mensyukuri berkah yang kita dapatkan, kita hanya ingin menghabiskannya. Kita enggan berbagi kebahagiaan, sebab kemalangan orang lain adalah sumber utama kebahagiaan kita. Kawan, inilah kenyataan memilukan yang kita hadapi, karena kita hidup tanpa cinta maka bahagia bersama menjadi langka. Bayangkan adik-adik kita, lupakan mereka yang tua, bagaimana mereka bisa tumbuh dalam keadaan demikian. Kawan, cinta adalah persoalan kegemaran. Cinta juga masalah prinsip. Bila kau mencintai sesuatu maka kau tidak akan peduli dengan yang lainnya. Tidak kepada poster dan umbul-umbul, tidak kepada para kriminal yang suka mencuci muka apalagi kepada kuli kamera yang menimbulkan kolera. Cinta adalah kesungguhan yang tidak dibatasi oleh menang dan kalah.

Hari-hari belakangan ini keadaan tampak semakin tidak menentu. Keramaian puluhan ribu orang antre tidak mendapatkan tiket. Jutaan orang lantang bersuara demi sepakbola. Segelintir elit menyiapkan rencana jahat untuk menghancurkan kegembiraan rakyat. Kakimu, kawan, telah memberi makna solidaritas. Gocekanmu kawan, telah mengundang tarian massal tanpa saweran. Terobosanmu, kawan, menghidupkan harapan kepada adik-adik kita bahwa masa depan itu masih ada. Tendanganmu kawan, membuat orang-orang percaya bahwa kata "bisa" belum punah dari kehidupan kita. Tetapi inilah buruknya hidup di tengah bangsa yang frustasi, semua beban diletakkan ke pundakmu. Seragammu hendak digunakan untuk mencuci dosa politik. Kegembiraanmu hendak dipunahkan oleh iming-iming bonus dan hadiah. Di Bukit Jalil kemarin, ada yang mengatakan kau terkapar, tetapi aku percaya kau tengah belajar. Di Senayan esok, mereka bilang kau akan membalas, tetapi aku berharap kau cukup bermain dengan gembira.

Firman Utina, kapten tim nasional sepak bola Indonesia, bermain bola lah dan tidak usah memikirkan apa-apa lagi. Sepak bola tidak ada urusannya dengan garuda di dadamu, sebab simbol hanya akan menggerus kegembiraan. Sepak bola tidak urusannya dengan harga diri bangsa, sebab harga diri tumbuh dari sikap dan bukan harapan. Di lapangan kau tidak mewakili siapa-siapa, kau memperjuangkan kegembiraanmu sendiri. Di pinggir lapangan, kau tidak perlu menoleh siapa-siapa, kecuali Tuan Riedl yang percaya sepak bola bukan dagangan para pecundang. Berlarilah Firman, Okto, Ridwan dan Arif, seolah-olah kalian adalah kanak-kanak yang tidak mengerti urusan orang dewasa. Berjibakulah Maman, Hamzah, Zulkifli dan Nasuha seolah-olah kalian mempertahankan kegembiraan yang hendak direnggut lawan. Tenanglah Markus, gawang bukan semata-mata persoalan kebobolan tetapi masalah kegembiraan membuyarkan impian lawan. Gonzales dan Irvan, bersikaplah layaknya orang asing yang memberikan contoh kepada bangsa yang miskin teladan.

Kawan, aku berbicara tidak mewakili siapa-siapa. Ini hanyalah surat dari seorang pengolah kata kepada seorang penggocek bola. Sejujurnya, kami tidak mengharapkan Piala darimu. Kami hanya menginginkan kegembiraan bersama dimana tawa seorang tukang becak sama bahagianya dengan tawa seorang pemimpin Negara. Tidak, kami tidak butuh piala, bermainlah dengan gembira sebagaimana biasanya. Biarkan bola mengalir, menarilah kawan, urusan gol seringkali masalah keberuntungan. Esok di Senayan, kabarkan kepada seluruh bangsa bahwa kebahagiaan bukan urusan menang dan kalah. Tetapi kebahagiaan bersumber pada cinta dan solidaritas. Berjuanglah layaknya seorang laki-laki, kawan. Adik-adik kita akan menjadikan kalian teladan! (fay/asy)

Jumat, 10 Desember 2010

Semifinal Indonesia Vs Filipina di Senayan, Kamis Depan


Semifinal Indonesia Vs Filipina di Senayan, Kamis Depan
 Komite Eksekutive PSSI, Jumat (10/12) sore melakukan pertemuan tertutup di ASEAN Room Hotel Sultan, Senayan. Pertemuan yang dipimpin  Ketua Umum PSSI Nurdin Halid yang sekaligus ketua Exco ini membahas berbagai masalah, terutama seputar pergelaran babak semifinal Piala Piala AFF   antara Timnas Indonesia dengan Filipina yang akan dilangsungkan 16 dan 19 Desember di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan.
Perkembangan seputar Timnas Indonesia, serta kesiapan panitia penyelenggara lokal (LOC) AFF  Indonesia, termasuk ikut dibahas. Manajer Timnas senior Indonesia Andi Darussalam Tabusalla, serta Ketua LOC AFF Suzuki Cup Indonesia Joko Driyono, turut hadir dalam pertemuan ini.
Sekjen PSSI, Nugraha Besoes, seusai pertemuan, menjelaskan, terkait kelangsungan dua laga semifinal Pinal AFF  antara tim tuan rumah Indonesia dengan Filipina ini, LOC Piala AFF  Indonesia memutuskan  menaikkan ketersediaan tiket sekaligus harganya.
Namun demikian, kenaikan harga tersebut mendapat tanggapan kritis dari masyarakat penggila sepakbola. Rudi, salah seorang yang tengah mencari informasi tiket mengatakan, terkejut  kenaikan harga tiket pertandingan semifinal. Dia menilai, panitia mengambil kesempatan.
Peningkatan kualitas pertandingan, dan tingginya antusiasme penonton, disebut Nugraha Besoes sebagai dua diantara berbagai indikator yang membuat LOC meningkatkan jumlah ketersediaan tiket dan harga tiket itu sendiri. Di samping itu, kata Sekjen PSSI Nugraha Besoes, PSSI tak lagi memperoleh subsidi dari AFF untuk menggelar dua pertandingan babak semifinal.
“Untuk menyelenggarakan babak penyisihan grup subsidi yang kami peroleh 250.000 dolar AS,” kata Nugraha Besoes, yang didampingi Deputy Sekjen bidang Keuangan Achsanul Qasasi, ketua LOC Djoko Driyono, dan wakil ketua LOC bidang marketing Eddy Prasetyo.
Terkait  tingginya animo pecinta sepakbola untuk menyaksikan pertandingan semifinal AFF  ini, Nugraha Besoes mengimbau agar masyarakat melakukan pemesanan tiket sejak beberapa hari sebelumnya. Untuk itu, LOC mulai Senin (13/12) sudah mulai menerima pemesanan pembelian tiket baik melalui online atau langsung ke beberapa tempat yang sudah ditunjuk oleh LOC, termasuk loket-loket pemesanan di seputar SUGBK Senayan.
“Akan lebih baik jika menghindari pembelian tiket pada hari pertandingan, atau go show,” jelas Nugraha Besoes.  Menghadapi babak semifinal pada Kamis (16/12) dan Minggu (19/12) ini,  LOC akan melakukan pengamanan lebih ketat untuk menjaring mereka yang berada di seputar stadion. Beberapa tahapan penjaringan penonton akan diberlakukan.
Hanya penonton yang sudah memiliki tiket, atau memesan tiket, yang diperbolehkan masuk ke lingkaran stadion. Untuk pengamanan babak semifinal ini, LOC mengerahkan sekitar 1500 petugas dari personil kepolisian, disamping sekitar 200 hingga 400 orang dari pengamanan swasta.
TIKET
Mengenai ketersediaan tiket, ketua LOC Joko Driyono menjelaskan, untuk pertandingan semifinal pada 16 dan 19 Desember tiket yang akan dicetak adalah sebanyak 70.725 lembar, yang berarti 10.000 lembar lebih banyak dibanding rata-rata tiket yang disediakan pada tiga pertandingan penyisihan grup di SUGBK Senayan.
Harga tiket untuk kelas tertinggi, yakni VVIP, dinaikan dari semula Rp 250.000 menjadi Rp 500.000. “Tiket VVIP ini dicetak sangat terbatas, hanya untuk 300 sampai 400 seat,” jelas Joko Driyono.
Harga tiket VIP Barat dinaikkan dari semula Rp 200.000 menjadi Rp 350.000. Untuk VIP Timur, yang sebelumnya disebut kategori I, dinaikan dari Rp 150.000 menjadi Rp 250.000. Tiket kategori I, dari semula Rp 100.000, menjadi Rp 150.000. Kategori II, di belakang gawang, dari semula Rp 75.000 menjadi Rp 100.000. Terakhir, tiket untuk tribun, harganya Rp 50.000.
(ian/sir)

ADIDAS BARCELONA CITY SERIES 2020

 ADIDAS BARCELONA CITY SERIES 2020 Seri Kota adidas pertama kali diluncurkan pada tahun 70-an dan 80-an dan kota-kota bersejarah di seluruh ...